Hukuman Buat Orang Yang Membatalkan Puasa Tanpa Sebab
Allah telah mewajibkan umatnya untuk berpuasa saat bula ramadhan, melalui firmanNya berikut ini
“Sesungguhnya
aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian
tetap di jalan yang benar.” (QS. Taha: 82
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS.
Al-Baqarah: 183)
Mengingat pentingnya puasa, syariat menetapkan ibadah puasa
sebagai bagian dari rukun Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
بُنِيَ
الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Islam dibangun di atas 5 pondasi: Syahadat Laa ilaaha
illallaah, wa anna muhammadan Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
berhaji, dan puasa ramadhan. (Muttafaq ‘alaih).
Karena itulah, syariat memberikan ancaman sangat keras bagi
orang yang membatalkan puasa ramadhan atau sengaja tidak puasa ramadhan tanpa
alasan yang benar.
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَا
أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِي
رَجُلَانِ فَأَخَذَا بِضَبْعَيَّ فَأَتَيَا بِي جَبَلًا وَعْرًا
فَقَالَا لِي: اصْعَدْ حَتَّى
إِذَا كُنْتُ فِي سَوَاءِ
الْجَبَلِ فَإِذَا أَنَا بِصَوْتٍ
شَدِيدٍ فَقُلْتُ: مَا هَذِهِ الْأَصْوَاتُ؟
قَالَ: هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ
النَّارِ, ثُمَّ انْطَلَقَ بِي
فَإِذَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ مُشَقَّقَةٍ أَشْدَاقُهُمْ تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا,
فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ؟ فَقِيلَ:
هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ,
ثُمَّ انْطَلَقَ بِي فَإِذَا بِقَوْمٍ
أَشَدِّ شَيْءٍ انْتِفَاخًا وَأَنْتَنِهِ
رِيحًا وَأَسْوَئِهِ مَنْظَرًا, فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قِيلَ:
الزَّانُونَ وَالزَّوَانِي
“Ketika aku tidur, (aku bermimpi)
melihat ada dua orang yang mendatangiku, kemudian keduanya memegang lenganku
dan membawaku ke gunung yang terjal. Mereka mengatakan, ‘Naiklah!’ Ketika aku
sampai di atas gunung, tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat keras. Aku pun
bertanya, ‘Suara apakah ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah teriakan penghuni
neraka.’ Kemudian mereka membawaku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, aku
melihat ada orang yang digantung dengan mata kakinya (terjungkir), pipinya
sobek, dan mengalirkan darah. Aku pun bertanya, ‘Siapakah mereka itu?’ Kedua
orang ini menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum waktunya
(meninggalkan puasa).’ Mereka membawaku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba ada
beberapa orang yang badannya bengkak,
baunya sangat busuk, dan wajahnya sangat jelek. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’
Kedua orang itu menjawab, ‘Mereka para pezina lelaki dan wanita’.”
(HR. Ibnu Hibban, no. 7491; Al-Hakim, no. 2837; Ibnu
Khuzaimah, no. 1986; dinilai sahih oleh banyak ulama, di antaranya Al-Albani
dan Al-A’dzami).
Apa yang Harus Dilakukan Jika Membatalkan Puasa Tanpa Udzur?
Hadis di atas merupakan ancaman sangat keras yang Allah
tujukan untuk orang yang sengaja meninggalkan puasa ramadhan, baik tidak puasa
dari awal atau membatalkan puasa tanpa sebab yang benar. Kerasnya hukuman untuk
orang yang melanggar larangan ini menunjukkan bahwa meninggalkan puasa ramadhan
atau membatalkannya adalah dosa besar. Beberapa hal yang harus dia lakukan,
Pertama, bertaubat sungguh-sungguh kepada Allah. Menyesali
perbuatan maksiat yang dia lakukan dan bertekad kuat tidak akan mengulanginya.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى
اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ
يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai.. (QS. At-Tahrim: 8)
Kedua, tetap menahan diri dari makan dan minum sebagai
bentuk penghormatan kepada ramadhan. Orang yang membatalkan puasa di siang hari
dengan makan atau minum, dia wajib menahan diri dari makan, minum dan pemabatal
lainnya, sampai maghrib.
Dalam Fikih Empat Madzhab dinyatakan,
من فسد صومه في
أداء رمضان وجب عليه
الإمساك بقية اليوم تعظيما
لحرمة الشهر
Orang yang membatalkan puasanya ketika ramadhan, dia wajib
untuk menahan diri dari makan, minum, di sisa harinya, sebagai bentuk
menghormati kemuliaan bulan ramadhan. (Al-Fiqh ‘ala Al-Madzahib Al-Arba’ah,
1/909).
Ketiga, apakah dia wajib mengqadha’ hari yang dia batalkan
itu?
Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Mayoritas ulama
mengatakan bahwa dia wajib mengqadha hari puasa yang dia batalkan. Ada juga
yang mengatakan, tidak perlu qadha. Karena dia membatalkan puasa tanpa alasan
yang dibenarkan.
Keempat, untuk menutupi kesalahan besarnya, dia disarankan
untuk memperbanyak puasa sunah. Karena amal sunah akan menjadi tambal bagi amal
wajib yang kurang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
menceritakan bagaimana proses hisab amal,
أول ما يحاسب به
العبد يوم القيامة من
عمله صلاته، فإن صلحت
فقد أفلح وأنجح، وإن
فسدت فقد خاب وخسر،
فإن انتقص من فريضته
شيء قال الرب: انظروا
هل لعبدي من تطوع؟
فيكمل به ما انتقص
من الفريضة، ثم يكون سائر
عمله على ذلك
“Amal hamba yang pertama kali
dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, dia berhasil
dan sukses. Jika shalatnya ada yang rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika
ada amal wajibnya yang kurang, Allah perintahkan, ‘Perhatikanlah, apakah
hamba-Ku memiliki amal sunah? Gunakan amal sunah itu untuk menyempurnakan amal
wajibnya yang kurang.’ Kemudian cara perhitungan amal lainnya juga seperti
itu.” (HR. Ahmad 9490, Nasai 465, Turmudzi 413, dan dishahihkan Al-Albani).
Dia berusaha memperbanyak amal soleh, dengan harapan
taubatnya diterima oleh Allah. Karena Allah sebutkan salah satu syarat taubat
dalam firman-Nya,
وَإِنِّي
لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ
وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى